Larungan ngebel

Larungan ngebel
TRADISI LARUNGAN DIGELAR DI DANAU NGEBEL BERLANGSUNG MERIAH
Tradisi Larungan yang tiap tahun diselenggarakan di Telaga Ngebel Ponorogo, hari Mingu lalu berlangsung meriah. Ribuan orang baik yang berasal dari masyarakat seputar telaga Ngebel maupun luar kota memadati seputaran telaga, menyaksikan prosesi Larungan yang diarak mengelilingi telaga Ngebel sebelum akhirnya di larung di Telaga.
Larungan merupakan tradisi masyarakat Ngebel yang dikemas menjadi event wisata yang menjadi bagian dari rangkaian Perayaan Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional. Event ini menjadi Agenda Wisata dalam Kalender Wisata di Jawa Timur. Larungan diselenggarakan dalam rangka menyambut awal Tahun Baru Jawa 1 Suro yang tahun ini bertepatan dengan awal Tahun Baru Islam 1 Muharam 1433 H.

Bupati Ponorogo , H.Amin.SH, dalam kesempatan tersebut menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung terselenggaranya perayaan Grebeg Suro dan Larungan; termasuk kepada masyarakat warga Ngebel serta pemerintah Kecamatan Ngebel. Bupati juga berharap agar di tahun-tahun mendatangperayaan akan berlangsung lebih meriah. Di bagian lain sambutannya Bupati H.Amin.SH juga menyampaikan rasa syukurnya bahwa rangkaian perayaan Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional tahun ini berjalan lancar dan aman. “ Acara tahun ini berjalan lancar dan aman bahkan tidak ada kejadian atau kecelakaan yang berarti, bahkan tidak ada terdengar berita pencopetan”, jelas Bupati.
Sementara itu Camat Ngebel berharap, Budaya turun temurun masyarakat Ngebel ini didukung semaksimal mungkin dalam upaya pemerintah melestarikan budaya daerah menuju era globalisasi .
Read More

Grebeg Suro 2013

Grebeg Suro 2013
 Grebeg Suro adalah satu moment dimana masyarakat, khsusnya Ponorogo begitu mengagumi dan dinanti-nanti.
Masyarakat nampak tumpah ruah membanjiri alun-alun Kabupaten Ponorogo bertemu dalam satu acara yang digadhang-gadhan untuk menyambut datangnya tahun baru hijriyah atau dalam penaggalan Jawa disebut 1 Suro.

Dalam gelar seni budaya Grebeg Suro tersebut acara inti atau utamanya adalah Festival Reyog Ponorogo yang menjadi pusat perhatian massa. Dalam Gerebeg Suro yang dimulai sejak 9-14 Oktober kali ini Festival Reyog Nasional diikuti oleh 53 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebut saja Surabaya, Jakarta, Wonogiri, Gresik (PT. Semen Gresik), Universitas Negeri Jember, Ponorogo, Kab. Trenggalek, Pacitan, Kalimantan, dan masih banyak lagi lainnya.
Selain dimeriahkan dengan festival reyog, Grebeg Suro kali ini juga dimeriahkan dengan brbagai kegiatan pendukung atau lomba-lomba lainnya. Seperti lomba burung berkicau, lomba burung perkutut, pameran adenium, dll.
Dalam sambutannya, Bupati Ponorogo M. Amin, SH mengatakan, acara ini dimaksudkan untuk menjadikan Ponorogo sebagai barometer seni budaya di Jawa Timur.
Karena itu, para tamu undangan banyak berdatangan dari mancanegara dan para wisatawan asing. Bupati berharap acara ini dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Kabupaten Ponorogo.


Dalam acara yang bertema “ Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasoinal sebagai perwujudan Kabupaten Ponorogo untuk mengembangkan potensi budaya daerah sebagai barometer seni dan budaya di Jawa Timur” selain bertujuan meningkatkan kreatifitas seniman khususnya seniman reyog dan melestarikan budaya bangsa. (luk)
Read More

Grebek suro ponorogo

Grebek suro ponorogo
  Perayaan Grebeg Suro adalah acara yang diadakan Kabupaten Ponorogo setiap tahun guna menyambut datangnya tahun baru Islam (1 Muharram). Berbagai acara-acara dihelat di Kota Reyog dari awal bulan November ini seperti Tari SI Potro, Istighozah, Lomba Kakang Senduk, pameran-pameran karya masyarakat Ponorogo, pameran bonsai, Festival Reyog Nasional XVIII, dan masih banyak lagi. Grebeg Suro memiliki arti tersendiri bagi warga Ponorogo pada umumnya.Grebeg Suro adalah acara tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.Grebeg suro merupakan acara tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada tahun Jawa). Acara ini merupakan kegiatan awal dalam menyongsong Tahun Kunjungan Wisata Jawa Timur setiap tahun. Rangkaian Grebeg Suro di antaranya, prosesi penyerahan pusaka ke makam bupati pertama Ponorogo. Kemudian disusul pawai ratusan orang menuju pusat kota dengan menunggang bendi dan kuda yang dihiasi. Berikutnya akan ada Festival Reog Nasional di alun-alun kota. Saat itu puluhan grup reyog di Jawa Timur bahkan dari Kutai Kartanagara, Jawa Tengah, Balikpapan, dan Lampung akan turut tampil memeriahkan acara meriah ini (Wikipedia)
      Kegiatan ini dirayakan untuk mengenang kejayaan kerajaan Bantarangin yang berjaya dan dikenalnya warok ( kesatria-kesatria pilih tanding yg sakti mandraguna. Acara yang selalu diisi dengan pelepasan sesaji, kapala kerbau, nasi tumpeng atau yang lainnya ini menurut banyak kalangan “hanya sebuah ritual” atau “upaya melestarikan budaya leluhur”. Grebeg Suro berikut acara pelepasan sesajiannya dengan maksud apa pun adalah pelanggaran yang besar terhadap ajaran Islam. Umumnya para penyelenggara dan peserta berharap kepada Sang Pencipta bahwa dengan acara ini mereka diberi keselamatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta maksud-maksud yang lainnya. Dan tidak sedikit juga -dari mereka- yang mengharapkan hal serupa dari para leluhur. Dalam buku-buku babad Ponorogo menyatakan bahwa, Batoro Katong (pendiri Ponorogo) adalah utusan Kerajaan Demak untuk menyebarkan Islam di Ponorogo, serta beliau adalah saudara kandung tapi lain ibu dari Raden Patah, Sultan Demak kala itu.Sejarah diadakannya Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo adalah adanya kebiasaan masyarakat pada malam 1 Suro yang mengadakan tirakatan semalam suntuk dengan mengelilingi kota dan berhenti di alun-alun Ponorogo. Pada tahun 1987 Bupati Soebarkah Poetro Hadiwirjo melihat fenomena ini dan melahirkan gagasan kreatif untuk mewadahi kegiatan mereka dengan kegiatan yang mengarah pada pelestarian budaya. Sebab ditengarainya minat para pemuda terhadap kesenian khas Ponorogo mulai luntur, untuk itu diadakanlah Grebeg Suro dan memasukkan reog didalamnya. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel (Wikipedia).

Read More