Pestival Budaya Pasar Terapung

Pestival Budaya Pasar Terapung

Pestival Budaya Pasar Terapung

Pestival Budaya Pasar Terapung adalah Festival multi event yang digelar 1 tahun sekali di Banjarmasin. Dinamakan Festival Budaya Pasar Terapung karena festival ini dimaksudkan untuk lebih mensosialisasikan Pasar Terapung pada Wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Festival Budaya Pasar Terapung dilaksanakan di pertengahan tahun bertempat di Jl. Sudirman dan Sungai Martapura. Festival ini juga ramai dikunjungi oleh warga kota dan wisatawan lokal maupun asing. Festival ini biasanya digelar selama 3 atau 4 hari.
Berbagai kegiatan yang digelar antaranya :

Pasar Terapung Buatan

Pasar Terapung ditengah Kota Banjarmasin, mungkin itu yang terlitas dibenak anda. Ya, Pada pagi hari, di hari pertama  Festival Budaya Pasar Terapung kita akan melihat puluhan bahkan ratusan pedagang Pasar Terapung ada di Sungai Martapura tepatnya di depan Kantor Gubernur Kalsel.
Pasar Terapung yang biasanya hanya bisa dilihat dimuara sungai kuin bisa anda lihat disini, suasana jual beli diatas sungai khas pasar terapung dapat anda rasakan. Beberapa pengunjung yang ingin merasakan langsung belanja di pasar terapung, bisa berinteraksi langsung dengan para penjual.

Festival Kuliner Khas Banjar

Bagi anda yang belum pernah mencicipi makanan dan jajanan khas banjar, mungkin Festival Kuliner Khas Banjar adalah saat yang tepat untuk mencoba berbagai makanan dan kue khas banjar yang jarang sekali dijumpai pada hari-hari biasa.
Anda bisa menikmati Soto Banjar, Ketupat Kandangan, Aneka Ikan Panggang, Nasi Kuning dan Lontong, dan puluhan  jenis kue (wadai) khas banjar. Dan yang paling asyik adalah anda bisa menyantapnya langsung sambil menikmati suasana sungai dan ramainya Festival Budaya Pasar Terapung.

Kampung Banjar

Kampung Banjar adalah area Pameran di Festival Budaya Pasar Terapung dari setiap kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan. Disini pengunjung dapat melihat produk unggulan dari kabupaten/Kota tersebut.

Pagelaran Seni Budaya

Dalam 3 hari Festival Budaya Pasar Terapung, para pengunjung dapat menyaksikan atraksi dan gelar seni budaya dari 11 kabupaten kota di Kalimantan Selatan. Baik yang di tampilkan di atas panggung maupun yang diadakan di lapangan. Contoh atraksi itu antara lain : balogo, madihin, sinoman haderah, tarian tradisional dan lain- lain.

Lomba Jukung Hias dan Tanglong

Lomba Jukung Hias dan Tanglong adalah event utama yang ditunggu – tunggu oleh masyarakat Banjarmasin. Puluhan Jukung (Perahu) hias akan mewarnai sungai Martapura dengan berbagai macam bentuk dan ornamen yang indah.
Pada siang hari, kita bisa melihat jukung-jukung hias itu hilir mudik di sungai sambil memamerkan keindahan masing-masing. Dan pada malam hari jukung-jukung itu akan menjadi lebih indah lagi dengan lampu hias (tanglong)  yang berwarna warni.

Lomba Dayung Tradisional

Para pengunjung juga bisa melihat lomba dayung tradisional yang mengandalkan kecepatan dari para peserta lomba. Cukup menarik karena mereka masing-masing akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi juara dan suasana akan tambah ramai lagi ketika para penonton ikut menyoraki perahu-perahu yang sedang berlomba.

Read More

Budaya Pasar Malam Indonesia

 Budaya Pasar Malam Indonesia
 Budaya Pasar Malam Indonesia

Di hari kedua penyelenggaraan, tanggal 30 Maret 2012, Pasar Malam Indonesia (PMI) telah menerima kunjungan dari para pelajar Sekolah Dasar Oranje Nassau School dan International School of the Hague.
Sebanyak 150 pelajar Sekolah Dasar tampak antusias menghampiri stand-stand pameran yang menampilkan berbagai macam hasil kerajinan daerah, pakaian-pakaian batik, dan sejumlah pernak-pernik perhiasan tradisional. Pelatihan gamelan jawa juga turut menjadi atraksi yang menarik bagi para pelajar. Disamping penampilan seni budaya, Pasar Malam tak lupa menawarkan pula masakan khas Indonesia. Rata-rata para pelajar tersebut belum pernah mencoba masakan khas Indonesia yang bercita rasa pedas.
Selain hadirnya para pelajar, PMI di hari kedua juga menyelenggarakan forum dialog umum bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bertemakan “Indonesia Baru dalam Perspektif Ekonomi dan Politik”. Dialog tersebut menampilkan tiga pembicara, yaitu; Firmansyah (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), Malik Gizman (Dosen Universitas Paramadina), dan Suprawoto (Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika). Dalam dialog umum tersebut dibahas perkembangan terkini situasi politik, ekonomi, dan demokrasi di Indonesia yang belakangan ini tengah menghangat dengan banyaknya unjuk-rasa masyarakat Indonesia terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak. Disampaikan oleh para pembicara bahwa dinamika unjuk-rasa masyarakat Indonesia tersebut merupakan bagian dari proses berdemokrasi di Indonesia yang telah bergerak menuju “point of no-return” ke arah keterbukaan.
Di malam hari kedua, Pasar Malam turut pula menampilkan pertunjukan dari G-Pluck (Beatles Indonesia), Ello, Maria and Naomi ex-Mollucas, dan ditutup dengan penampilan spektakuler Denada yang mengundang banyak perhatian masyarakat lokal Belanda.
Read More

Budaya Sulawesi Selatan

Budaya Sulawesi Selatan
SEJARAH SULAWESI SELATAN

Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk tahun 1964. Sebelumnya Sulawesi Selatan tergabung dengan Sulawesi Tenggara di dalam Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara. Pembentukan provinsi ini berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964

Periode terpenting sejarah Sulawesi Selatan adalah pada abad ke 14. Pada saat itu berdiri kerajaan-kerajaan yang cukup terkenal, seperti Kerajaan Luwu di bawah pemerintahan dinasti Tomanurung Simpuru Siang, Kerajaan Gowa, Kerajaan Bone di bawah dinasti ManurungE, Kerajaan Soppeng di bawah pemerintahan Raja To ManurungE ri Dekkannyili, dan Kerajaan Tallo dengan raja pertamanya KaraEng Loe ri Sero.
Pada tahun 1538, Gowa mulai bersentuhan dengan orang-orang Eropa. Pada tahun tersebut bangsa Portugis mendarat di Bandar Niaga Makassar dan menghadap Raja Gowa IX Tumapa'risi Kallona. Kadatangan bangsa Eropa ini selain untuk tujuan berdagang juga melakukan penyebaran agama Katolik, misalnya dilakukan oleh Antonio de Payya yang menyebarkan Katolik di Parepare.

Pada tahun 1562 terjadi peperangan yang dahsyat antara kerajaan Bone dan Gowa. Raja Gowa menyerang Bone karena merasa telah dicampuri urusan dalam negerinya. Pada akhir perang, pasukan Bone berhasil memaksa pasukan Gowa mundur setelah melukai raja mereka. Kurang lebih dua tahun setelah peperangan tersebut, raja Gowa Tunipallangga kembali menyerang Bone. Namun dalam peperangan, raja Gowa jatuh sakit dan terpaksa mundur dan kembali ke Gowa. Dia meninggal dunia sesampainya di Gowa. Peperangan melawan Bone dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu, I Tajibarani. Tajibarani akhirnya tewas dalam peperangan itu. Perang kemudian diakhiri dengan perundingan damai yang dikenal dengan "Ulukanaya ri Caleppa". Bone mendapat semua daerah di sebelah utara sungai Tangka, serta semua daerah di sebelah timur sungai WalanaE sampai di Ulaweng dan wilayah Cenrana.

KESENIAN SULAWESI SELATAN

Kesenian Sulawesi Selatan di kenal sebagai kebudayaan tinggi dalam konteks kekinian. Karena pada dasarnya, seni tidak hanya menyentuh aspek bentuk (morfologis), tapi lebih dari itu dia mampu memberikan konstribusi psikologis. Disamping memberikan kesadaran estetis, juga mampu melahirkan kesadaran etis. Diantara kedua nilai tersebut, tentunya tidak terlepas dari sejauhmana masyarakat kesenian (public art) mampu mengapresiasi dan menginterpretasikan makna dan simbol dari sebuah pesan yang dituangkan dalam karya seni.
Berbicara tentang estetika, seolah kita terjebak pada suatu narasi yang menghantarkan kita pada pemenuhan pelipur lara semata, misalnya: gaya hidup, hiburan dan relaksasi. Kita lupa bahwa seni merupakan variabel yang dapat membentuk kesadaran sosial sekaligus kesadaran religius masyarakat. Di Sulawesi Selatan, nilai kekhasan kesenian dapat dikatakan sebagai sebuah wasiat kebudayaan yang menggiring kita pada lokal values (kearifan). Dibutuhkan pelurusan makna seni melalui aspek keilmuan agar dia tidak terjebak dalam arus kepentingan politik dan industri semata.
Klasifikasi Masyarakat Seni
Arnold Hausser, seorang filosof sekaligus sosiolog seni asal Jerman mengindentifikasi bahwa masyarakat seni terbagi menjadi empat golongan. Yang pertama: Budaya Masyarakat Seni Elit, yaitu masyarakat seni intelektual yang banyak memberikan konstribusi perkembangan seni dalam suatu daerah. Masyarakat seni elit inilah yang banyak memberikan literature dan kajian holistik agar perkembangan seni dapat berjalan sesuai dengan konteks keilmuan, termasuk pakar kesenian, akademisi dan kritikus seni. Kedua: Budaya Masyarakat Seni Populer, yaitu masyarakat seni intelektual yang hanya mengedepankan kepentingan subjektifitas terhadap kebutuhan estetik yang berjalan sesuai dengan konteks (zaman). Masyarakat seni ini biasanya terdapat dari golongan mapan yang dis-orientasi seni, misalnya dokter, pengusaha, dan politikus. Ketiga: Budaya Masyarakat Seni Massa. Yaitu budaya masyarakat golongan menengah kebawah, biasanya golongan ini hanya mementingkan aspek kesenangan dan mudah larut dalam perkembangan peradaban. Dia senantiasa menikmati hidangan produk-produk kesenian tanpa memikirkan dampak akibatnya terhadap masyarakat luas. Dan yang keempat: Budaya Masyarakat Seni Rakyat. Masyarakat seni ini terbentuk secara spontanitas melalui kepolosan. Golongan ini juga senantiasa mempertahankan wasiat seni para leluhurnya. Dari sinilah budaya masyarakat seni elit memperoleh referensi dan inspirasi dalam memperkaya kajian kesenian dalam aspek kebudayaan.

KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN
Budaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel - Mengenal budaya propinsi Sulawesi Selatan berarti mengenal adat kebudayaan yang ada di seluruh daerah Sulawesi Selatan.

Di Sulsel terdapat Banyak suku/etnis tapi yang paling mayoritas ada 3 kelompok etnis yaitu Makassar, Bugis dan Toraja. DEmikian juga dalam pemakaian bahasa sehari-hari ke 3 etnis tersebut lebih dominan. Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah budaya dan adat Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat menarik.

Lagu daerah propinsi Sulawesi Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri. Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja adalah lagu Tondo.

Untuk rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari Bugis, Makassar dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut hampir sama bentuknya. Rumah-rumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong di bawah rumahnya. Tinggi kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan status sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang berpangkat atau hanya rakyat biasa.

Hampir semua masyarakat Sulsel percaya kalau selama ini penghuni pertama zaman prasejarah di Sulawesi Selatan adalah orang Toale. Hal ini di dasarkan pada temuan Fritz dan Paul Sarasin tentang orang Toale (orang-orang yang tinggal di hutan/penghuni hutan).

Salah satu upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi Selatan ada di Tanah Toraja (Tator) Upacara adat tradisional tersebut bernama upacara Rambu Solo (merupakan upacara dukacita/kematian). Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai ungkapan rasa dukacita yang sangat mendalam.

Beberapa tarian yang ada di sulawesi selatan :
tari Pakkarena
tari Angin Mamiri
tari Paddupa

Pakaian Daerah Sulsel : Bugis dan Makassar : Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
Lagu Daerah Silawesi Slatan : Angin Mamiri, Ma Rencong,

OBJEK WISATA TERKENAL DI SUL-SEL

Fort Rotterdam

Salah satu benda cagar berarsitektur Belanda yang dilindungi adalah bangunan yang ada didalam Benteng Rotterdam, benteng ini dibangun sebagai basis pertahanan dipinggir lautan Makassar. Pada tahun 1545 ditempat ini berdiri dengan kokoh benteng gaya arsitek setempat yaitu Kerajaan Gowa lalu kemudian dihancurkan oleh Belanda dan dibangunlah benteng baru yang dapat kita lihat sekarang, peristiwa tersebut dicatat dalam sejarah akibat adanya bentuk perjanjian Bungaya pada tahun 1667 yang didalangi oleh siasat Belanda. Sebagaian dari serpiha reruntuhan tmbok benteng tidak direnovasi dengan alasan sebagai alat pembanding dengan dinding yang direnovasi.

Pantai Losari

Keindahan pantai yang terletak di sebelah barat Makassar ini memang sungguh mempesona, terlebih ketika matahari terbenam di senja hari.

Semburat merah jingga dari mentari yang akan rebah di kaki cakrawala memantul pada laut di hadapan pantai Losari, membawa nuansa dan pesona tersendiri bagi yang menyaksikannya. Beberapa perahu nelayan kecil nampak di kejauhan, kian memperkaya warna senja yang luruh di sana. Dan debur ombak yang menerpa lembut tanggul pantai bagaikan musik syahdu yang membawa suasana terasa kian sentimental diiringi hembusan angin sepoi-sepoi dari arah laut. Banyak fotografer yang mengabadikan kejadian ini untuk menyimpan kenangan keindahannya, akan senyum senja Pantai Losari., dan mungkin juga tempat curhat muda mudi , santai keluarga di Pantai Losari.
Pantai yang juga merupakan landmark Kota Makassar ini memang menawarkan keindahan yang sangat eksotis, terutama saat menyaksikan pemandangan matahari terbenam ketika petang menjelang.

Dahulu , sejumlah pedagang makanan bertenda berderet sepanjang kurang lebih satu kilometer di pesisir Pantai Losari. Sampai-sampai ada yang sempat menjuluki sebagai “meja makan terpanjang di dunia”. Hidangan yang disajikan pun sangat beragam, namun kebanyakan didominasi oleh makanan laut dan ikan bakar.

Salah satu hidangan khas dan unik di Pantai Losari adalah Pisang Epe’. Jenis makanan ini berupa pisang mentah dibakar, lalu dibuat pipih kemudian diberi kuah air gula merah. Untuk menambah aroma dan kenikmatan, biasanya sang penjual menambahkan durian pada campuran kuah gula merah tadi. Inilah makanan favorit saya sembari menikmati semilir angin senja yang sejuk membelai tubuh.

Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah dipindahkan ke sebuah tempat di depan rumah jabatan Walikota Makassar yang juga masih berada di sekitar Pantai Losari.

Seusai menikmati senja, tak usah risau untuk mencari tempat mengisi perut yang lapar. Dengan hanya berjalan kaki sekitar 5 menit dari Pantai Losari, anda akan menemukan pusat jajanan “tanah Anging Mammiri” di Pantai Laguna. Mulai sop konro, coto Makassar, sop Saudara, sop pallubasa, pallu mara dan ikan bakar, pisang epe, es pisang ijo, pallubutung, sari laut, bakso, nasi goreng, mie kering dan capcai bisa Anda temukan pada ratusan gerobak yang mangkal di sana. Harganya pun relatif murah
menikmati becak khas Makassar menyusuri sepanjang pinggir pantai. Sarana transportasi yang sudah hampir langka ini masih bisa kita jumpai di sana. Rasakan sensasi naik becak dengan kayuhan roda si “daeng” seraya menikmati hempasan angin lembut yang menerpa dari arah depan.

Pantai Losari tak hanya bergeliat di senja hari. Setiap minggu pagi, di sepanjang Jalan Penghibur yang tepat berada di pinggir pantai, ramai oleh orang yang berolahraga, mulai dari jogging, senam, bersepeda atau hanya sekadar jalan-jalan menikmati segarnya udara pagi. Berbagai jajanan dan aneka makanan tradisional tersedia, seperti bubur ayam, bubur kacang ijo, empek-empek Palembang, es pallubutung, es pisang ijo, soto ayam, gado-gado atau lontong sayur. Bagi Anda yang akan mencicipi tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, cukup dengan Rp 4000 sampai Rp 6000 per porsi untuk setiap hidangan sarapan pagi ini.

Tidak terlalu sulit untuk mencapai Pantai Losari karena tempat ini termasuk berada di pusat Kota Makassar. Sejumlah angkutan umum melintasi jalur Jalan Penghibur yang berada di pinggiran Pantai Losari. Sejak direnovasi pada 2006, Pantai Losari kian bersolek, semakin bersih dan indah, sebagai salah satu ikon andalan pariwisata Kota Makassar.
Jadi tak lengkap rasanya, bila anda ke Makassar tidak mampir ke Pantai Losari dan menikmati segala romansanya…

Read More

Budaya Betawi

Budaya Betawi

Budaya Betawi

Suku Betawi terdiri dari beberapa etnis yang bergabung dalam satu daerah sehingga membentuk kebudayaan sendiri yaitu Budaya Betawi. Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa. Dengan semakin beragamnya etnis di Betawi, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab. Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari Portugis.Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.

dan masih banyak lagi budaya betawi anrata lain :
- Lenong
- Ondel-ondel
- Tari Japin
- Tari Cokek Betawi
- Tari Topeng betawi
- Tari Lenggang Nyai
- Gambang Kromong
Read More

Gambang betawi

Gambang betawi


Gambang Betawi
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut. Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.
Read More

Budaya Papua

Budaya Papua

Adat Seni dan Budaya Papua

Seni dan Budaya
Seni dan budaya papua_ Papua dulu bernama Irian Jaya pulau paling timur wilayah negara Indonesia. Sebagai pulau yang juga terkenal akan kekayaan hasil buminya, masyarakat pulau Papua pun juga memiliki kekayaan dalam ragam seni dan budaya
* Apa saja  yang ada di Papua ?
Mari kita bersama-sama menengok ragam adat seni dan budaya yang ada di pulau paling timur Indonesia ini !
Sebagai salah satu seni kebudayaan yang ada di Papua maka tidak ada salahnya kita bisa menyebutnya seni kebudayaan kita juga, walaupun tidak semua para Sahabat Awan yang membaca artikel ini berasal dari pulau Papua. Entah itu dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, atau pulau-pulau lain yang secara pribadi Awan tidak bisa menyebutnya satu persatu.
Dengan alasan apa kita bisa menyebut seni budaya Papua juga merupakanragam seni dan budaya kita juga ? Jawabannya hanya ada satu, bahwa Papua adalah merupakan salah satu wilayah yang berada dibawah naungan NKRI, dengan falsafah Bhineka Tunggal Ika.
Jadi tidak salah jika kita menyebut ragam seni dan budaya Papua sama saja dengan kita menyebut kekayaanragam seni dan budaya Indonesia, yang perlu kita jaga dan lestarikan keberadaanya.
yang akan kita ambil sebagai contoh dari kekayaan ragam seni dan budaya Papua adalah :
=> Pertama_ Alat musik tradisional Tifa.
Awanzo Blogs
Tifa merupakan salah satu alat musik pukul yang bentuknya hampir mirip dengan gendang. Alat musik Tifa terbuat dari kayu yang mana pada bagian tengah kayu tersebut dibuat lubang besar yang dibersihkan/dikosngkan. Lalu kemudian ujung salah satu kayu tersebut ditutup dengan mengunakan kulit rusa yang telah dikeringkan terlebih dahulu, dimaksudkan agar alat musik Tifa ini bisa menghasilkan suara yang indah dan bagus.
Alat musik Tifa sering dimainkan sebagai instrumen musik tradisional atau untuk mengiring berbagai tarian tradisional seperti: tarian perang, tarian tradisional Asmat, dan tarian Gatsi.
Selain dari Papua alat musik ini juga berasal dari maluku, jadi antara Papua dan Maluku mempunyai alat musik yang sama. Tapi tidak apa yang penting semuanya adalah kekayaan seni yang ada di nusantara Indonesia ini.
=> Kedua_ Tarian tradisional Papua.
Awanzo Blogs
Sebagai daerah yang kaya akan ragam seni budaya, Papua memiliki beberapa tarian tradisonal yang menjadi ciri khas masyarakat Papua biasa menyebutnya dengan sebutan Yosim Pancar ( Y0SPAN), dalam tari ini terdapap beberapa bentuk gerak tarian diantaranya tari Pacul Tiga, tari Seka, tari Sajojo, tari Balada serta tari Cendrawasih. Tarian tradisional Papua ini sering di mainkan dalam berbagai kesempatan seperti untuk penyambutan tamu terhormat, penyambutan para turis asing yang datang ke Papua serta dimainkan adalah dalam upacara adat.
=> Ketiga_ Pakaian Adat Tradisional Papua.
Awanzo Blogs
Pakaian adat Papua untuk pria dan wanita hampir sama bentuknya. Pakaian adat tersebuta memakai hiasan-hiasan seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki.
=> Keempat_ Rumah Adat Papua.
Awanzo Blogs
Nama rumah asli Papua adalah Honai yaitu rumah khas asli Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Bahan untuk membuat rumah Honai dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak berjendela. Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari lantai pertama untuk tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta untuk mengerjakan kerajinan tangan.
Read More

Kebudayaan Merauke

Kebudayaan Merauke
Merauke adalah kota paling selatan di Indonesia,yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini.Banyak sekali kebudayaan yang terdapat di kota Merauke,salah satunya adalah tarian khasnya.Yospan adalah salah satu tarian adapt merauke,yang sering dipakai dalam kondisi tertentu. yospan juga merupakan tarian persahabatan masyarakat papua.Karena hampir seluruh masyarakat papua mengenal tarian yospan. Selain yospan,merauke juga memiliki beberapa tarian adat,antara lain,tari perang,dan tari gatsi.Tari perang biasanya dilakukan pada upacara- upacara adapt tertentu,dan juga pada festival kota merauke yang diadakan stu tahun sekali, dalam memperingati ulang tahun kota Merauke.Sedangkan tari gatsi dilakukan pada acara – acara tertentu dan upacara adat tertentu,tarian ini adalah tarian adat suku asli kota merauke,yaitu suku marind.Alat – alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah tifa yang terbuat dari kayu yang dibolongi atau di kosongkan isinya, dan pada satu sisinya diberi penutup.Penutupnya terbuat dari kulit rusa dan juga kulit biawak yang dikeringi,agar bunyinya menjadi lebih indah.
Read More

Kebudayaan Madura

 Kebudayaan Madura

Bercerita tentang kebudayaan yang ada di indonesia tentu tak ada habisnya ya. Indonesia memiliki kebudayaan beragam dari Sabang sampai Merauke. Dalam artikel ini Saya akan membahas mengenai kebudayaan, kekayaan alam, dan wisata alam di Madura.
Di mulai dari Kebudayaan Madura yang terkenal karena memiliki segudang kesenian yang banyak serta beragam. Kebudayaan dari pulau Madura ini pada setiap keseniannya memiliki unsur yang sangat bernilai. Walaupun berada dalam wilayah yang tandus, tetapi Madura kaya akan kebudayaan dan serta alamnya. Kekayaan budaya yang terdapat di Madura ini dibangun atas unsur yang dipengaruhi oleh animisme, Hindu, dan dalam Islam. Ketiga unsur inilah yang mendominasi kebudayaan yang ada disana.
Dan adapun kebudayaan-kebudayaan Madura yang harus kita ketahui dan dan lestarikan di negara Indonesia kita adalah sebagai berikut :
1. Kebudayaan Madura.
  • Tembang Macapat : Pada awalnya disebut tembang atau nyayian ini dipakai sebagai media untuk memuji Allah SWT sebelum dilaksanakan shalat wajib. Lambat laun tembang ini dipakai untuk mengajak masyarakat Madura mencintai ilmu pengetahuan dan membenahi kerusakan moral yang telah terjadi di Madura.
Berikut cuplikan video tembang macapat :
  • Musik Saronen : Musik ini berasal dari desa Sendang,  Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep. Jika di Madura diadakan sebuah kesenian, musik saronen inilah yang mengiringinya. Musik saronen merupakan perpaduan dari beberapa alat musik, tetapi yang paling dominan adalah alat musik tiup berupa kerucut. Nah alat musik tiup itulah yang disebut dengan seronen.
  • Tan Muang dan Tari Duplang : Tan Muang dan Tari Duplang ini merupakan seni tari yang bersal dari Madura. Gerakan tari tradisional ini di setiap gerakannya selalu menampilkan kata-kata yang tertera dalam Al Qur’an seperti lafadz Allah dan Muhammad. Tari Muang adalah seni tradisional yang masih ada sampai sekarang. Saat ini, tarian Muang beralih fungsi menjadi tarian wajib untuk menyambut para wisatawan yang datang ke Madura, tetapi gerakannya masih tetap dibatasi dan masih diselipkan unsur-unsur islaminya. Berbeda dengan tarian Muang, tari Duplang merupakan tarian yang unik dan langka. Unik  karena tarian ini merupakan suatu gambaran prosesi  kehidupan seorang wanita desa. Di dalam tarian ini mengandung suatu pesan, yaitu masih terlupakannya wanita desa yang bekerja sebagai petani. Tarian ini diciptakan oleh seorang penari keraton yang bernama Nyi Raisa.
  • Upacara Sandhur Pantel : Upacara Sandhur Pantel merupakan sebuah upacara ritual untuk para masyarakat Madura yang berprofesi sebagai petani atau nelayan. Upacara rital ini merupakan upacara yanag menghubungkan manusia dengan makhluk ghaib atau sebagai sarana komunikasi manusia dan Tuhan Pencipta Alam Semesta. Bentuk upacara ini berupa tarian dan nyayian yang diiringi musik. Hampir di seluruh wilayah Madura melakukan ritual ini. Lambat laun, upacara ini tidak dilakukan lagi karena bertentangan dengan ajaran agama islam. Upacara ini haram huumnya jika dilaksanakan.
  • Kerapan Sapi : Kerapan sapi merupakan sebuah seni pertunjukan yang didalamnya terdapat kerapan sapi serta topeng dalang. kerapan sapi merupakanperlombaan memacu sapi. Kesenian ini diperkenalkan pada abad ke-15 (1561M) pada masa pemerintahan Pangeran Katandur di daerah Keratin Sumenep. Kesenian ini di ikuti oleh para petani. Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada petani agar tetap semangat bekerja dan dapat meningkatkan produksi ternak sapinya. Seiring dengan berjalannya waktu, kerapan sapi ini sudah banyak disalahgunakan sehingga lebih banyak mudhratnya dari pada manfaatnya. Contohnya seperti banyak diantara para pemain dan penonton yang melupakan kewajiban untuk mendirikan shalat. Kerapan sapi merupakan kesenian yang khas dari Madura. Kerapan sapi ini merupakan pemasok utama dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah karena kerapan sapi mampu menarik perhatian wisatawan asing berkunjung ke Madura.
 Berikut cuplikan video kerapan sapi di Madura :
2. Kekayaan Alam.
Di sisi selain kebudayaan pulau Madura. Madura juga memiliki kekayaan alam berupa Gas Alam yang melimpah, khususnya di daerah kepulauan di Kabupaten Sumenep. Selain Gas Alam, terdapat sinyalemen pula bahwa Minyak Bumi dan Logam Mulia di banyak titik.
3. Wisata Alam.
Terakhir mengenai fenomena wisata Api Abadi di Madura merupakan suatu keajaiban alam, dimana api yang muncul di permukaan tanah tidak pernah bisa mati, meskipun disiram. Maka tak ayal objek wisata ini dikenal dengan sebutan “api yang tak kunjung padam”.

Read More

Budaya Sumatra Utara

Budaya Sumatra Utara
Provinsi ini dihuni oleh banyak suku bangsa yang tergolong dari Melayu Tua dan Melayu Muda. Penduduk asli provinsi ini terdiri dari Suku Melayu, Suku Batak, Suku Nias, dan Suku Aceh. Daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya didiami oleh Suku Melayu dan Suku Mandailing yang hampir seluruhnya beragama ISLAM. Sementara di daerah pegunungan banyak terdapat Suku Batak yang sebagian besarnya beragama KRISTEN. Selain itu juga ada Suku Nias  di kepulauan sebelah barat. Kaum pendatang yang turut menjadi penduduk provinsi ini didominasi oleh Suku Jawa. Suku lainnya adalah Suku Tionghoa  dan beberapa minoritas lain.
Sumatera  Utara yang kaya dengan budaya adat istiadat dan keindahan alamnya.
Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.
Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu :
Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional. Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global.Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.
Etnis Simalungun memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya yang tersendiri. Etnis NIASmemiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia. Etnis Sibolga Pesisir ini juga memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga memiliki nilai sejarah yang sangat berharga.
Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang patut untuk diperhitungkan dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat bangsa Indonesia di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
“Banyak sekali orang yang berpendapat bahwa adat istiadat dari orang Sumatera Utara kasar-kasar”Menurut saya banyak orang yang menganggap orang sumatera kasar-kasar dikarnakan dari tutur bahasa yang agak sedikit keras. Sebenernya bahasa tersebut sudah menjadi tradisi dari orang sumatera,karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan atau tradisi yg telah diturunkan dari generasi ke generasi.dan tidak akan bisa dirubah,karena kebiasaan itu sudah lahir dari jaman nenek moyang kita.
SENI dan BUDAYA yang terdapat di SUMATERA UTARA
-Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.
-Tarian
seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhususan.
berikut contoh tarian yang ada di sumatera utara:
*.Tari Saman

*.Tari Tor-Tor



*.Tari Serampang Dua Belas



Read More

Tari Tayub

Tari Tayub
Tari TayubBila tari Ketuk tilu termasuk tari pergaulan yang diiringi salah satuperangkat pengiringnya disebut waditra ketuk tilu. Maka tari pergaulan lainnya di Jawa Barat adalah tari tayub yang diiringi suatu perangkat gamelan yang lebih besar bentuk perangatnya dari pada seni ketuk tilu. 
Tari Tayub merupakan seni tradisi tahun 20-an yang terdapat hampir di seluruh wilayah Jawa barat. Gerak tariannya belum berpola, sehingga para penari bebas melakukan tariannya asalkan sesuai dengan irama gending/tabuhan yang mengiringinya. Spontanitas gerakan tari yang murni terlihat dalam tari Tayub ini, di mana para penari bersikap dan bergerak sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka masing-masing. 
Pada awalnya hanya dilakukan oleh kalangan menak atau priyayi (bangsawan Sunda) atau orang-orang dari lingkungan Pendopo serta para kuasa pabrik atau perkebunan. Akan tetapi dalam perkembangannya tari tayub ini merebak sampai kepada buruh-buruh pabrik atau perkebunan dan masyarakat di luar Kabupaten (lingkungan kerabat Bupati). Dengan demikian tari tayub kemudian bukan lagi milik para menak, melainkan milik masyarakat secara luas.
Banyak berbagai pengaruh yang membumbui acara pada tari tayub, hal ini disebabkan terlalu bebasnya luapan kegembiraan, terutama dari pengaruh minuman keras yang selalu disediakan ketika nayuban sedang berlangsung. Hal ini tentu saja ada yang pro dan kontra, terutama para ibu yang menyertai suaminya ke acara tari Tayub. Belakangan kebiasaan minum pada saat nayub tersebut sudah berkurang walaupun belum bisa dihilangkan sama sekali. 
Cara penyajian pertunjukan nayuban ini adalah sebagai berikut :
Tatalu yang merupakan pemberitahuan bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Beberapa Ronggeng menari sambil membawa baki berisi selendang dan kemudian diberikan kepada salah satu tamu terhormat. Ketika tamu terhormat ini sedang menari dengan Ronggeng, apabila ada salah satu di antara penonton ingin menari dengan Ronggeng yang lain, maka ia harus meminta izin terlebih dahulu kepada penari pertama, penari berikutnya yang meminta izin ini disebut mairan
Setelah selesai menari, para tamu memberikan sejumlah uang kepada para ronggeng, atau kalau tidak diberikan langsung, uang itu boleh dimasukkan ke tempat khusus yang disebut bokor dan ini disebut masak.
Seusai para tamu kehormatan menari, maka tamu-tamu yang lain pun diperbolehkan untuk menari. Pada puncaknya pagelaran Nayuban ini semakin memanas (mungkin karena pengaruh minuman keras yang disajikan pada pada acara ini), yang kemudian ada adegan yang disebut parebut kendang, dimana ketika salah seorang tamu sedang menari, muncul tamu lain menari mendekati pengendang sambil mengiming-iming uang, sehingga pengendang beralih perhatiannya kepada tamu yang meiming-iming uang tersebut, uang diberikan kepada pengendang, kemudian menari, pengendang pun beralih kepada tamu yang memberi uang tersebut. Hal ini dilakukan berulang oleh para tamu sehingga kadang terjadi percekcokan bahkan sampai baku hantam.
Pagelaran tari tayub atau nayuban ini biasanya dari jam 19.00 atau 20.00 sampai tengah malam, di tempat tertutup, seperti aula atau pendopo. Waditra yang digunakan pada acara tari tayub atau nayuban ini adalah :
- Seperangkat kendang.
- Saron I
- Saron II.
- Bonang.
- Rincik. (tidak dipakai dalam gamelan cirebonan)
- Gambang.
- Rebab atau Bangsing (untuk gamelan cirebonan)
- Goong.
- Sinden, merangkap Ronggeng.

Busana yang dikenakan dalam acara nayuban yaitu :
- Para Ronggeng memakaikain batik setengah badan, dimana badan bagian atasnya yang terbuka ditutupi dengan apok atau kain kebaya bercorak dan memakai ikat pinggang dari perak berwarna putih. Setiap ronggeng selalu menggunakan selendang panjang/sampur, yang disampirkan di pinggang atau pundak.
- Para penari laki-laki pakaiannya yang biasa dipakai oleh para menak atau undangan khusus yaitu takwa atau beskap, dan memakai sinjang di lamban, bendo, serta keris diselipkan dipinggang kanan belakang dan digunakan sebagai sampiran selendang.
Read More

Tari pendet

Tari pendet
Tari pendet merupakan salah satu tarian selamat datang yang paling tua di Pulau Bali. Menarikan tarian ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Bali. Para ahli seni pertunjukan Bali, berdasarkan beberapa catatan yang ada, menyetujui bahwa tahun 1950 adalah tahun kelahiran tari Pendet. Tidak hanya saat menyambut tamu-tamu penting, dalam setiap pertunjukan tari-tarian Bali, tarian ini selalu dijadikan sebagian tarian pembuka.

Jenis tarian penyambutan ini dibawakan oleh sekelompok remaja putri yang masing-masing membawa mangkok perak yang berisi bunga warna-warni. Dan pada bagian akhir tarian, para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton atau tamu yang disambut, sebagai ucapan selamat datang.

Pada awalnya, Tari Pendet dipakai sebagai pelengkap upacara piodalan di pura-pura atau tempat suci keluarga, sebagai lambang rasa syukur, hormat, dan sukacita saat menyambut kehadiran para dewata yang turun dari khayangan.

Penggagas tarian ini adalah dua seniman kelahiran desa Sumertha, Denpasar, yaitu I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng. Keduanya menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari yang dipentaskan sebagai bagian dari pertunjukan kepariwisataan di sejumlah hotel yang ada di Denpasar, Bali. Dan pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengembangkan tarian ini dan menambah jumlah penarinya menjadi lima orang, seperti yang sering ditampilkan sekarang.
Read More

Tari Payung

Tari Payung


Tari Payung


Tari Payung adalah salah satu tari klasik dari Daerah Minang dan menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya.Tarian ini memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita.Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.


Tari Payung merupakan tari tradisi Minangkabau yang saat ini telah banyak perubahan dan dikembangkan oleh senian-seniman tari terutama di Sumatra Barat. Awalnya tari ini memiliki makna tentang kegembiraan muda mudi (penciptaan) yang memperlihatkan bagaimana perhatian seorang laki-laki terhadap kekasihnya. Payung menjadiicon bahwa keduanya menuju satu tujuan yaitu membina rumah tangga yang baik. Keberagaman Tari Payung tidak membunuh tari payung yang ada sebagai alat ungkap budaya Minangkabau. Keberagaman tersebut hanyalah varian dari tari-tari yang sudah ada sebelumnya. Sikap ini penting diambil untuk kita tidak terjebak dengan penilaian bahwa varian tari yang satu menyalahi yang lainnya. Sejauh tri terseut tidak melenceng dari akar tradisinya, maka kreasi menjadi alat kreativitas seniman dalam menyikapi budaya yang sedang berkembang.
Read More

Tari Piring

Tari Piring

 Tari piring

Sejarah Asal Usul Tari Piring
Tari Piring
Tari Piring.Merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian khas ini sudah sangat terkenal di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan sedikit mengulas Sejarah Tari Piring yang sangat terkenal tersebut sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa. Mari kita simak informasi lengkapnya dibawah ini.

Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.

Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi keluarga berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di kawasan Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit diperuntukkan untuk persembahan tarian ini.

 Tarian piring dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majelis perkawinan atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana dianggap ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu, kumpulan tarian disertai hanya gadis-gadis sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan Melayu. Tari Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih ada bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah, tepatnya abad ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.

Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia Sri Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai pada Tari Piring.

Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi dengan penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini dibawakan oleh beberapa perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan lemah lembut.

Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis. Ketika Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun dipersembahkan kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau forum khusus dan istimewa lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan elit tertentu.

Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan makna Tari Piring diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus kepala negara atau pemimpin kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang pengantin adalah raja, yaitu “raja sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap dipersembahkan dihadapan “raja sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam acara walimatul ‘arsy.

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut dengan Tari Piring karena para penari saat menari membawa piring.

Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau Tari Piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.

Mengenai waktu kemunculan pertama kali Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa Tari Piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
Read More

Tari Jaipong

Tari Jaipong

Tari Jaipong





TARI JAIPONG



Hay kawan-kawan kali ini saya memposting artikel mengenai tari jaipong.Apa itu tari jaipong,mari kita kupas satu per satu!

Tari jaipong  atau yang sering disebut dengan "Jaipongan" adalah sebuah tarian tradisonal yang menampilkan suatu jenis tarian dan musik yang merujuk dari kekayaan seni di indonesia, khususnya Jawa Barat. tari jaipong ditemukan oleh Gugum Gumbira, seorang seniman asal kota kembang Bandung sekitar tahun 1960-an.
      Jaipongan adalah tarian yang digunakan oleh masayarakat untuk bergaul, tari ini juga disebut sebagai tari Pergaulan masyarakat sunda. tari ini semakin berkembang dan terus dikembangkan, hingga akhirnya tarian ini dapat diterima oleh masyarakat dan populer di mata masyarakat sejak tahun 1970-an.
      Seni pertunjukan tarian ini merupakan sebuah tarian yang sangat populer dengan sebutan Perkembangan Ketuk Tilu, karena memang sebenarnya tarian ini merupakan tarian yang di rajut dari Ketuk Tilu yang di kembangkan hingga akhirnya diberi nama Tari Jaipong (Jaipongan). Adapun ciri khas yang sangat kental dapat dilihat dari tarian ini yaitu tarian yang sederhana alami dan apa adanya, dilakukan dengan spontanitas, serta tarian ini menampilkan keceriaan, erotis, humoris dan tentunya semangat yang luar biasa, hal ini dapat kita lihat secara langsung dari pertunjukannya.
      Meski tarian ini tergolong dalam golongan tarian yang masih berusia muda tarian ini sudah dapat menjadi tarian resmi asal Jawa Barat yang sudah sering di gunakan pada saat upacara-upacara penyambutan tamu dari negara asing. inilah yang harus kita teruskan lagi dari kesenian yang ada di indonesia, jangan sampai kita melupakan kekayaan seni yang ada di negri kita hanya karena adanya pengaruh budaya asing.

Read More

Tari Perang

Tari Perang



TARI PERANG

Masyarakat  Suku Lauje, di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mempunyai tradisi unik dalam menerima tamu atau pembesar yang baru berkunjung ke daerahnya. Mereka akan menyambutnya dengan tarian perang yang dimainkan oleh empat lelaki yang menggunakan guma atau parang panjang, serta dua orang yang bertombak. Penyambutan itu juga diiringi musik yang terdiri dari susulan balok kayu, gendang dan gong besar.Sabtu (19/04/2008) lalu, empat orang lelaki menggunakan guma dan dua lelaki lainnya menggunakan tombak terlihat berhadapan dengan sejumlah tamu. Di antara tamu itu terlihat Bupati Parigi Moutong LOngki Djanggola dan Camat Palasa Darwis Rahmatu. Mereka lalu berteriak dan berlaga dengan sesama mereka di depan para tamu penting itu. Jangan salah kira, mereka bukan hendak saling membunuh. Mereka ternyata sedang menyambut tamu-tamunya itu.
Tradisi tarian perang ini, biasanya disebut Meaju. Lazim ditarikan kala menerima tamu atau pembesar, semisal Presiden, Menteri, Gubernur atau Bupati, serta tamu-tamu lainnya.
Para tamu-tamu yang datang akan diarak menuju Pogombo Ada atau balai pertemuan adat. Sebelumnya, para tamu itu dihamburkan beras kuning, sebagai bentuk penghormatan. Lalu para tamu harus menginjak dulang dari kuningan yang berisi tanaman tertentu. Maknanya, di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung, di mana kita bermukim, sudah seharusnya adatyan pun kita hormati.
Sementara arakan itu berlangsung, tiga orang anggota komunitas Suku Lauje memainkan alat musik yang terdiri dari Tadako, kulintang, Gimbale atau gendang dan Gong besar.

Read More