Kebudayaan Madura

 Kebudayaan Madura

Bercerita tentang kebudayaan yang ada di indonesia tentu tak ada habisnya ya. Indonesia memiliki kebudayaan beragam dari Sabang sampai Merauke. Dalam artikel ini Saya akan membahas mengenai kebudayaan, kekayaan alam, dan wisata alam di Madura.
Di mulai dari Kebudayaan Madura yang terkenal karena memiliki segudang kesenian yang banyak serta beragam. Kebudayaan dari pulau Madura ini pada setiap keseniannya memiliki unsur yang sangat bernilai. Walaupun berada dalam wilayah yang tandus, tetapi Madura kaya akan kebudayaan dan serta alamnya. Kekayaan budaya yang terdapat di Madura ini dibangun atas unsur yang dipengaruhi oleh animisme, Hindu, dan dalam Islam. Ketiga unsur inilah yang mendominasi kebudayaan yang ada disana.
Dan adapun kebudayaan-kebudayaan Madura yang harus kita ketahui dan dan lestarikan di negara Indonesia kita adalah sebagai berikut :
1. Kebudayaan Madura.
  • Tembang Macapat : Pada awalnya disebut tembang atau nyayian ini dipakai sebagai media untuk memuji Allah SWT sebelum dilaksanakan shalat wajib. Lambat laun tembang ini dipakai untuk mengajak masyarakat Madura mencintai ilmu pengetahuan dan membenahi kerusakan moral yang telah terjadi di Madura.
Berikut cuplikan video tembang macapat :
  • Musik Saronen : Musik ini berasal dari desa Sendang,  Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep. Jika di Madura diadakan sebuah kesenian, musik saronen inilah yang mengiringinya. Musik saronen merupakan perpaduan dari beberapa alat musik, tetapi yang paling dominan adalah alat musik tiup berupa kerucut. Nah alat musik tiup itulah yang disebut dengan seronen.
  • Tan Muang dan Tari Duplang : Tan Muang dan Tari Duplang ini merupakan seni tari yang bersal dari Madura. Gerakan tari tradisional ini di setiap gerakannya selalu menampilkan kata-kata yang tertera dalam Al Qur’an seperti lafadz Allah dan Muhammad. Tari Muang adalah seni tradisional yang masih ada sampai sekarang. Saat ini, tarian Muang beralih fungsi menjadi tarian wajib untuk menyambut para wisatawan yang datang ke Madura, tetapi gerakannya masih tetap dibatasi dan masih diselipkan unsur-unsur islaminya. Berbeda dengan tarian Muang, tari Duplang merupakan tarian yang unik dan langka. Unik  karena tarian ini merupakan suatu gambaran prosesi  kehidupan seorang wanita desa. Di dalam tarian ini mengandung suatu pesan, yaitu masih terlupakannya wanita desa yang bekerja sebagai petani. Tarian ini diciptakan oleh seorang penari keraton yang bernama Nyi Raisa.
  • Upacara Sandhur Pantel : Upacara Sandhur Pantel merupakan sebuah upacara ritual untuk para masyarakat Madura yang berprofesi sebagai petani atau nelayan. Upacara rital ini merupakan upacara yanag menghubungkan manusia dengan makhluk ghaib atau sebagai sarana komunikasi manusia dan Tuhan Pencipta Alam Semesta. Bentuk upacara ini berupa tarian dan nyayian yang diiringi musik. Hampir di seluruh wilayah Madura melakukan ritual ini. Lambat laun, upacara ini tidak dilakukan lagi karena bertentangan dengan ajaran agama islam. Upacara ini haram huumnya jika dilaksanakan.
  • Kerapan Sapi : Kerapan sapi merupakan sebuah seni pertunjukan yang didalamnya terdapat kerapan sapi serta topeng dalang. kerapan sapi merupakanperlombaan memacu sapi. Kesenian ini diperkenalkan pada abad ke-15 (1561M) pada masa pemerintahan Pangeran Katandur di daerah Keratin Sumenep. Kesenian ini di ikuti oleh para petani. Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada petani agar tetap semangat bekerja dan dapat meningkatkan produksi ternak sapinya. Seiring dengan berjalannya waktu, kerapan sapi ini sudah banyak disalahgunakan sehingga lebih banyak mudhratnya dari pada manfaatnya. Contohnya seperti banyak diantara para pemain dan penonton yang melupakan kewajiban untuk mendirikan shalat. Kerapan sapi merupakan kesenian yang khas dari Madura. Kerapan sapi ini merupakan pemasok utama dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah karena kerapan sapi mampu menarik perhatian wisatawan asing berkunjung ke Madura.
 Berikut cuplikan video kerapan sapi di Madura :
2. Kekayaan Alam.
Di sisi selain kebudayaan pulau Madura. Madura juga memiliki kekayaan alam berupa Gas Alam yang melimpah, khususnya di daerah kepulauan di Kabupaten Sumenep. Selain Gas Alam, terdapat sinyalemen pula bahwa Minyak Bumi dan Logam Mulia di banyak titik.
3. Wisata Alam.
Terakhir mengenai fenomena wisata Api Abadi di Madura merupakan suatu keajaiban alam, dimana api yang muncul di permukaan tanah tidak pernah bisa mati, meskipun disiram. Maka tak ayal objek wisata ini dikenal dengan sebutan “api yang tak kunjung padam”.

Read More

Budaya Sumatra Utara

Budaya Sumatra Utara
Provinsi ini dihuni oleh banyak suku bangsa yang tergolong dari Melayu Tua dan Melayu Muda. Penduduk asli provinsi ini terdiri dari Suku Melayu, Suku Batak, Suku Nias, dan Suku Aceh. Daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya didiami oleh Suku Melayu dan Suku Mandailing yang hampir seluruhnya beragama ISLAM. Sementara di daerah pegunungan banyak terdapat Suku Batak yang sebagian besarnya beragama KRISTEN. Selain itu juga ada Suku Nias  di kepulauan sebelah barat. Kaum pendatang yang turut menjadi penduduk provinsi ini didominasi oleh Suku Jawa. Suku lainnya adalah Suku Tionghoa  dan beberapa minoritas lain.
Sumatera  Utara yang kaya dengan budaya adat istiadat dan keindahan alamnya.
Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.
Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu :
Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional. Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global.Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.
Etnis Simalungun memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya yang tersendiri. Etnis NIASmemiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia. Etnis Sibolga Pesisir ini juga memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga memiliki nilai sejarah yang sangat berharga.
Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang patut untuk diperhitungkan dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat bangsa Indonesia di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
“Banyak sekali orang yang berpendapat bahwa adat istiadat dari orang Sumatera Utara kasar-kasar”Menurut saya banyak orang yang menganggap orang sumatera kasar-kasar dikarnakan dari tutur bahasa yang agak sedikit keras. Sebenernya bahasa tersebut sudah menjadi tradisi dari orang sumatera,karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan atau tradisi yg telah diturunkan dari generasi ke generasi.dan tidak akan bisa dirubah,karena kebiasaan itu sudah lahir dari jaman nenek moyang kita.
SENI dan BUDAYA yang terdapat di SUMATERA UTARA
-Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.
-Tarian
seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhususan.
berikut contoh tarian yang ada di sumatera utara:
*.Tari Saman

*.Tari Tor-Tor



*.Tari Serampang Dua Belas



Read More

Tari Tayub

Tari Tayub
Tari TayubBila tari Ketuk tilu termasuk tari pergaulan yang diiringi salah satuperangkat pengiringnya disebut waditra ketuk tilu. Maka tari pergaulan lainnya di Jawa Barat adalah tari tayub yang diiringi suatu perangkat gamelan yang lebih besar bentuk perangatnya dari pada seni ketuk tilu. 
Tari Tayub merupakan seni tradisi tahun 20-an yang terdapat hampir di seluruh wilayah Jawa barat. Gerak tariannya belum berpola, sehingga para penari bebas melakukan tariannya asalkan sesuai dengan irama gending/tabuhan yang mengiringinya. Spontanitas gerakan tari yang murni terlihat dalam tari Tayub ini, di mana para penari bersikap dan bergerak sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka masing-masing. 
Pada awalnya hanya dilakukan oleh kalangan menak atau priyayi (bangsawan Sunda) atau orang-orang dari lingkungan Pendopo serta para kuasa pabrik atau perkebunan. Akan tetapi dalam perkembangannya tari tayub ini merebak sampai kepada buruh-buruh pabrik atau perkebunan dan masyarakat di luar Kabupaten (lingkungan kerabat Bupati). Dengan demikian tari tayub kemudian bukan lagi milik para menak, melainkan milik masyarakat secara luas.
Banyak berbagai pengaruh yang membumbui acara pada tari tayub, hal ini disebabkan terlalu bebasnya luapan kegembiraan, terutama dari pengaruh minuman keras yang selalu disediakan ketika nayuban sedang berlangsung. Hal ini tentu saja ada yang pro dan kontra, terutama para ibu yang menyertai suaminya ke acara tari Tayub. Belakangan kebiasaan minum pada saat nayub tersebut sudah berkurang walaupun belum bisa dihilangkan sama sekali. 
Cara penyajian pertunjukan nayuban ini adalah sebagai berikut :
Tatalu yang merupakan pemberitahuan bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Beberapa Ronggeng menari sambil membawa baki berisi selendang dan kemudian diberikan kepada salah satu tamu terhormat. Ketika tamu terhormat ini sedang menari dengan Ronggeng, apabila ada salah satu di antara penonton ingin menari dengan Ronggeng yang lain, maka ia harus meminta izin terlebih dahulu kepada penari pertama, penari berikutnya yang meminta izin ini disebut mairan
Setelah selesai menari, para tamu memberikan sejumlah uang kepada para ronggeng, atau kalau tidak diberikan langsung, uang itu boleh dimasukkan ke tempat khusus yang disebut bokor dan ini disebut masak.
Seusai para tamu kehormatan menari, maka tamu-tamu yang lain pun diperbolehkan untuk menari. Pada puncaknya pagelaran Nayuban ini semakin memanas (mungkin karena pengaruh minuman keras yang disajikan pada pada acara ini), yang kemudian ada adegan yang disebut parebut kendang, dimana ketika salah seorang tamu sedang menari, muncul tamu lain menari mendekati pengendang sambil mengiming-iming uang, sehingga pengendang beralih perhatiannya kepada tamu yang meiming-iming uang tersebut, uang diberikan kepada pengendang, kemudian menari, pengendang pun beralih kepada tamu yang memberi uang tersebut. Hal ini dilakukan berulang oleh para tamu sehingga kadang terjadi percekcokan bahkan sampai baku hantam.
Pagelaran tari tayub atau nayuban ini biasanya dari jam 19.00 atau 20.00 sampai tengah malam, di tempat tertutup, seperti aula atau pendopo. Waditra yang digunakan pada acara tari tayub atau nayuban ini adalah :
- Seperangkat kendang.
- Saron I
- Saron II.
- Bonang.
- Rincik. (tidak dipakai dalam gamelan cirebonan)
- Gambang.
- Rebab atau Bangsing (untuk gamelan cirebonan)
- Goong.
- Sinden, merangkap Ronggeng.

Busana yang dikenakan dalam acara nayuban yaitu :
- Para Ronggeng memakaikain batik setengah badan, dimana badan bagian atasnya yang terbuka ditutupi dengan apok atau kain kebaya bercorak dan memakai ikat pinggang dari perak berwarna putih. Setiap ronggeng selalu menggunakan selendang panjang/sampur, yang disampirkan di pinggang atau pundak.
- Para penari laki-laki pakaiannya yang biasa dipakai oleh para menak atau undangan khusus yaitu takwa atau beskap, dan memakai sinjang di lamban, bendo, serta keris diselipkan dipinggang kanan belakang dan digunakan sebagai sampiran selendang.
Read More

Tari pendet

Tari pendet
Tari pendet merupakan salah satu tarian selamat datang yang paling tua di Pulau Bali. Menarikan tarian ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Bali. Para ahli seni pertunjukan Bali, berdasarkan beberapa catatan yang ada, menyetujui bahwa tahun 1950 adalah tahun kelahiran tari Pendet. Tidak hanya saat menyambut tamu-tamu penting, dalam setiap pertunjukan tari-tarian Bali, tarian ini selalu dijadikan sebagian tarian pembuka.

Jenis tarian penyambutan ini dibawakan oleh sekelompok remaja putri yang masing-masing membawa mangkok perak yang berisi bunga warna-warni. Dan pada bagian akhir tarian, para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton atau tamu yang disambut, sebagai ucapan selamat datang.

Pada awalnya, Tari Pendet dipakai sebagai pelengkap upacara piodalan di pura-pura atau tempat suci keluarga, sebagai lambang rasa syukur, hormat, dan sukacita saat menyambut kehadiran para dewata yang turun dari khayangan.

Penggagas tarian ini adalah dua seniman kelahiran desa Sumertha, Denpasar, yaitu I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng. Keduanya menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari yang dipentaskan sebagai bagian dari pertunjukan kepariwisataan di sejumlah hotel yang ada di Denpasar, Bali. Dan pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengembangkan tarian ini dan menambah jumlah penarinya menjadi lima orang, seperti yang sering ditampilkan sekarang.
Read More

Tari Payung

Tari Payung


Tari Payung


Tari Payung adalah salah satu tari klasik dari Daerah Minang dan menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya.Tarian ini memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita.Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.


Tari Payung merupakan tari tradisi Minangkabau yang saat ini telah banyak perubahan dan dikembangkan oleh senian-seniman tari terutama di Sumatra Barat. Awalnya tari ini memiliki makna tentang kegembiraan muda mudi (penciptaan) yang memperlihatkan bagaimana perhatian seorang laki-laki terhadap kekasihnya. Payung menjadiicon bahwa keduanya menuju satu tujuan yaitu membina rumah tangga yang baik. Keberagaman Tari Payung tidak membunuh tari payung yang ada sebagai alat ungkap budaya Minangkabau. Keberagaman tersebut hanyalah varian dari tari-tari yang sudah ada sebelumnya. Sikap ini penting diambil untuk kita tidak terjebak dengan penilaian bahwa varian tari yang satu menyalahi yang lainnya. Sejauh tri terseut tidak melenceng dari akar tradisinya, maka kreasi menjadi alat kreativitas seniman dalam menyikapi budaya yang sedang berkembang.
Read More

Tari Piring

Tari Piring

 Tari piring

Sejarah Asal Usul Tari Piring
Tari Piring
Tari Piring.Merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian khas ini sudah sangat terkenal di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan sedikit mengulas Sejarah Tari Piring yang sangat terkenal tersebut sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa. Mari kita simak informasi lengkapnya dibawah ini.

Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.

Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi keluarga berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di kawasan Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit diperuntukkan untuk persembahan tarian ini.

 Tarian piring dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majelis perkawinan atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana dianggap ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu, kumpulan tarian disertai hanya gadis-gadis sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan Melayu. Tari Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih ada bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah, tepatnya abad ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.

Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia Sri Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai pada Tari Piring.

Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi dengan penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini dibawakan oleh beberapa perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan lemah lembut.

Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis. Ketika Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun dipersembahkan kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau forum khusus dan istimewa lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan elit tertentu.

Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan makna Tari Piring diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus kepala negara atau pemimpin kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang pengantin adalah raja, yaitu “raja sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap dipersembahkan dihadapan “raja sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam acara walimatul ‘arsy.

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut dengan Tari Piring karena para penari saat menari membawa piring.

Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau Tari Piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.

Mengenai waktu kemunculan pertama kali Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa Tari Piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
Read More

Tari Jaipong

Tari Jaipong

Tari Jaipong





TARI JAIPONG



Hay kawan-kawan kali ini saya memposting artikel mengenai tari jaipong.Apa itu tari jaipong,mari kita kupas satu per satu!

Tari jaipong  atau yang sering disebut dengan "Jaipongan" adalah sebuah tarian tradisonal yang menampilkan suatu jenis tarian dan musik yang merujuk dari kekayaan seni di indonesia, khususnya Jawa Barat. tari jaipong ditemukan oleh Gugum Gumbira, seorang seniman asal kota kembang Bandung sekitar tahun 1960-an.
      Jaipongan adalah tarian yang digunakan oleh masayarakat untuk bergaul, tari ini juga disebut sebagai tari Pergaulan masyarakat sunda. tari ini semakin berkembang dan terus dikembangkan, hingga akhirnya tarian ini dapat diterima oleh masyarakat dan populer di mata masyarakat sejak tahun 1970-an.
      Seni pertunjukan tarian ini merupakan sebuah tarian yang sangat populer dengan sebutan Perkembangan Ketuk Tilu, karena memang sebenarnya tarian ini merupakan tarian yang di rajut dari Ketuk Tilu yang di kembangkan hingga akhirnya diberi nama Tari Jaipong (Jaipongan). Adapun ciri khas yang sangat kental dapat dilihat dari tarian ini yaitu tarian yang sederhana alami dan apa adanya, dilakukan dengan spontanitas, serta tarian ini menampilkan keceriaan, erotis, humoris dan tentunya semangat yang luar biasa, hal ini dapat kita lihat secara langsung dari pertunjukannya.
      Meski tarian ini tergolong dalam golongan tarian yang masih berusia muda tarian ini sudah dapat menjadi tarian resmi asal Jawa Barat yang sudah sering di gunakan pada saat upacara-upacara penyambutan tamu dari negara asing. inilah yang harus kita teruskan lagi dari kesenian yang ada di indonesia, jangan sampai kita melupakan kekayaan seni yang ada di negri kita hanya karena adanya pengaruh budaya asing.

Read More

Tari Perang

Tari Perang



TARI PERANG

Masyarakat  Suku Lauje, di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mempunyai tradisi unik dalam menerima tamu atau pembesar yang baru berkunjung ke daerahnya. Mereka akan menyambutnya dengan tarian perang yang dimainkan oleh empat lelaki yang menggunakan guma atau parang panjang, serta dua orang yang bertombak. Penyambutan itu juga diiringi musik yang terdiri dari susulan balok kayu, gendang dan gong besar.Sabtu (19/04/2008) lalu, empat orang lelaki menggunakan guma dan dua lelaki lainnya menggunakan tombak terlihat berhadapan dengan sejumlah tamu. Di antara tamu itu terlihat Bupati Parigi Moutong LOngki Djanggola dan Camat Palasa Darwis Rahmatu. Mereka lalu berteriak dan berlaga dengan sesama mereka di depan para tamu penting itu. Jangan salah kira, mereka bukan hendak saling membunuh. Mereka ternyata sedang menyambut tamu-tamunya itu.
Tradisi tarian perang ini, biasanya disebut Meaju. Lazim ditarikan kala menerima tamu atau pembesar, semisal Presiden, Menteri, Gubernur atau Bupati, serta tamu-tamu lainnya.
Para tamu-tamu yang datang akan diarak menuju Pogombo Ada atau balai pertemuan adat. Sebelumnya, para tamu itu dihamburkan beras kuning, sebagai bentuk penghormatan. Lalu para tamu harus menginjak dulang dari kuningan yang berisi tanaman tertentu. Maknanya, di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung, di mana kita bermukim, sudah seharusnya adatyan pun kita hormati.
Sementara arakan itu berlangsung, tiga orang anggota komunitas Suku Lauje memainkan alat musik yang terdiri dari Tadako, kulintang, Gimbale atau gendang dan Gong besar.

Read More

Tari

Tari

TARI SERIMPI


Tari serimpi merupakan tari klasik daerah yang berasal dari Yogyakarta. Tari serimpi biasanya dibawakan oleh empat orang penari, ini karena kata srimpi merupakan sinonim dari bilangan empat. Komposisi empat penari serimpi merupakan lambang dari empat mata angin dan empat unsur dunia yaitu grama (api), angin (udara), toya (air) dan bumi (tanah).

Tari serimpi mempunyai ciri khas yang lemah gemulai yang merupakan pembawaan bagi sebagian besar gadis Jogja. Gerakan yang membuat kita seakan – akan sedang dibawa ke alam mimpi.

Dulu satu kali pertunjukan tari serimpi biasanya akan memakan waktu kurang lebih 15 – 60 menit. Namun sekarang ini durasi tari serimpi sudah dipangkas menjadi 11 – 15 menit, dengan menghilangkan gerakan  pengulangan.

Awalnya tari serimpi hanya ditampilkan di istana Yogyakarta untuk menyambut tamu – tamu agung. Namun seiring perjalanan waktu, tari serimpi sudah mulai dipertunjukan dalam seluruh lingkungan masyarakat.

Dalam pertunjukan tari serimpi biasanya diiringi alunan musik gamelan, baik itu secara langsung maupun dalam bentuk kaset rekaman.

Sebagai tari klasik, tari serimpi tidak hanya menampilkan keindahan pada gerakannya. Namun juga sarat akan nilai – nilai kehidupan.

Hal ini digambarkan dengan tema yang ditampilkan pada tari serimpi yang menggambarkan pertarungan antara dua unsur kehidupan yaitu baik dan buruk, benar dan salah, antara akal dan nafsu manusia.

Read More