Kegiatan ini dirayakan untuk mengenang kejayaan kerajaan
Bantarangin yang berjaya dan dikenalnya warok ( kesatria-kesatria pilih tanding
yg sakti mandraguna. Acara yang selalu diisi dengan pelepasan sesaji, kapala
kerbau, nasi tumpeng atau yang lainnya ini menurut banyak kalangan “hanya
sebuah ritual” atau “upaya melestarikan budaya leluhur”.
Grebeg Suro berikut acara pelepasan
sesajiannya dengan maksud apa pun adalah pelanggaran yang besar terhadap ajaran
Islam. Umumnya para penyelenggara dan peserta berharap kepada Sang Pencipta
bahwa dengan acara ini mereka diberi keselamatan, kesejahteraan dan kemakmuran
serta maksud-maksud yang lainnya. Dan tidak sedikit juga -dari mereka- yang
mengharapkan hal serupa dari para leluhur. Dalam buku-buku babad Ponorogo
menyatakan bahwa, Batoro Katong (pendiri Ponorogo) adalah utusan Kerajaan Demak
untuk menyebarkan Islam di Ponorogo, serta beliau adalah saudara kandung tapi
lain ibu dari Raden Patah, Sultan Demak kala itu.Sejarah diadakannya Grebeg
Suro di Kabupaten Ponorogo adalah adanya kebiasaan masyarakat pada malam 1 Suro
yang mengadakan tirakatan semalam
suntuk dengan mengelilingi kota dan berhenti di alun-alun Ponorogo. Pada tahun
1987 Bupati Soebarkah Poetro Hadiwirjo melihat fenomena ini dan melahirkan
gagasan kreatif untuk mewadahi kegiatan mereka dengan kegiatan yang mengarah
pada pelestarian budaya. Sebab ditengarainya minat para pemuda terhadap
kesenian khas Ponorogo mulai luntur, untuk itu diadakanlah Grebeg Suro dan
memasukkan reog didalamnya. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival
Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa
di Telaga Ngebel (Wikipedia).
Grebek suro ponorogo
Perayaan Grebeg Suro adalah
acara yang diadakan Kabupaten Ponorogo setiap tahun guna menyambut datangnya
tahun baru Islam (1 Muharram). Berbagai acara-acara dihelat di Kota Reyog dari
awal bulan November ini seperti Tari SI Potro, Istighozah, Lomba Kakang Senduk,
pameran-pameran karya masyarakat Ponorogo, pameran bonsai, Festival Reyog
Nasional XVIII, dan masih banyak lagi. Grebeg Suro memiliki arti tersendiri
bagi warga Ponorogo pada umumnya.Grebeg Suro adalah acara
tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi
yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan
Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.Grebeg suro merupakan
acara tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada tahun
Jawa). Acara ini merupakan kegiatan awal dalam menyongsong Tahun Kunjungan
Wisata Jawa Timur setiap tahun. Rangkaian Grebeg Suro di antaranya, prosesi
penyerahan pusaka ke makam bupati pertama Ponorogo. Kemudian disusul pawai
ratusan orang menuju pusat kota dengan menunggang bendi dan kuda yang dihiasi.
Berikutnya akan ada Festival Reog Nasional di alun-alun kota. Saat itu puluhan
grup reyog di Jawa Timur bahkan dari Kutai Kartanagara, Jawa Tengah,
Balikpapan, dan Lampung akan turut tampil memeriahkan acara meriah ini
(Wikipedia)